Sabtu, 26 Desember 2009

Posted by forumjumatmalam | File under :

Menuju akhir tahun. Kita masih tetap ngopi, tetap merokok, dan senantiasa berfikir tentang banyak hal. Hari ini adalah hari natal. Dan aku ucapkan selamat bagi yang merayakan.
Hidup memang penuh dengan profokasi. Baik, buruk, hitam, putih. Semuanya menyatu dalam sebuah pergulatan yang menjelma nasihat. Dan sebagai sebuah nasihat maka semua hasutan itu terasa campur aduk. Kadang baik dan kadang buruk. Ada juga baik yang didalamnya terdapat misi jahat, ada yang jahat namun dengan latar yang sedikit agak baik.
Seperti ketika orang vespa membujukku untuk menjual si hitam (baca: Alfa 900 jt) dan membeli sebuah skuter, lantas menggarapnya menjadi skuter keren dan ikut kedalam anggota touring. Menjanjikan, namun juga menggelikan, karena aku pikir 900 juta bukan milikku, melainkan milik Dadyku. Kemudian yang tak kalah menjijikkan, ketika si atheis membujukku untuk melakukan kebodohan untuk yang kedua kalinya, maka permintaannya aku jawab dengan tegas: tidak. Hah, dia pikir dia siapa berani membodohi aku dua kali. Dan yang menjadi catatan menarik hari ini adalah ketika Hp si atheis itu hilang, dimana didalamnya memuat rekaman penting tentang masa depanku yang kalau tersebar bisa berbahaya. Untunglah semua itu hilang dan batal untuk tersebar. Ini memang hariku. Senyum kemenangan.
*
Aku berangkat sekitar pukul sepuluh malam. Sejuk lembut angin belai rambutku perlahan, napas malam dihembuskan tepat dimukaku. Napasnya perlahan-lahan dan terputus-putus. Bau kelelahan dapat tercium dari hembusannya. Maka sudahlah tidur saja. Biar aku yang menahlukan malam dengan semangatku yang terbakar. Aku melaju.
*
Sesampai di warkop, aku tak melihat si atheis itu, dan aku langsung memutar otak dengan ke rumahnya. Ku toleh ke arah jembatan dekat sebuah mesjid, karena barangkali ia nongkrong disana dengan kawan-kawannya. Ternyata tidak.
“Ssst sst”
Seseorang nampak seperti menggodaku. Apa dipikirnya aku adalah cowok murahan. Kulirik spion. Apa aku cantik sehingga mereka menggodaku dan tak tahu bila aku adalah seorang lalaki yang ganteng. Karena memang hari itu aku mengurai rambutku.
Ponselku bordering. Ternyata dari si Atheis busuk itu.
“Aku nang buk pinggir kali pak”
“Oh yo…yo…yo….sek. Tak mrono”
Oh semprul pikirku. Jadi yang ‘ssst ssst’ tadi si Atheis laknat itu. Seperti yang aku duga sebelumnya bila kulitnya memang sudah legam dari sejak bayi. Jadi bisa dibilang kulit yang seperti terbakar adalah kutukan yang sulit hilang. Sehingga ia tak pantas menyalahkan mentari.
Si Tulus seperti tersamar diantara malam. Pekat yang ada menutupi dan menyamarkan mukanya. Namun dapat segera aku kanali sebuah senyum licik khas penghuni sebuah rumah dibelakang rutan medaeng. Dia adalah Si Tulit.
Kali ini dia bersama seorang anak yang berkulit legam juga dengan kepala plontos khas pukon yang membuatku berhasrat menjitak kepala orang itu.
Dari kesan pertama sejak aku turun dari sepedaku, lantas dapat aku terka dia adalah anjing negara. Kemudian saat aku mengulurkan tangan mengenalkan diriku padanya, dia hanya menjabat uluran tanganku tanpa menyebutkan namanya. Aku pikir dia tak butuh kenal denganku. Bah, dasar anjing pongah. Makan apa kau kalau tidak dari pajak yang aku stor ke negara. Baru jadi alat saja sudah sok. Dan segera saja aku memafhumi bila ini masih di Indonesia. Jadi wajar saja jika aku temui banyak orang macam dia.
Si Tulit menceritakan bila ponselnya hilang di secret PA nya. Katanya sekretnya dibobol maling. Dia menyesalkan rekaman biadab yang ada di ponselnya. Hahahahaha hari ini begitu indah. Dia tak punya senjata lagi atas diriku.
Tak seberapa lama karena anjing it uterus-terusan di cuekin, maka ia mengajak untuk kembali pulang. Tulit mengantarnya entah sampai mana. Kemudian kembali dengan membawa laptop, karena rencananya malam ini kita akan menggarap dan mendesain blog ini sama-sama.
Di warkop dengan pemandangan seperti biasanya. Sebuah tontonan video terbaru, dengan orang-orang yang sedang serius menyaksikan. Bisa dibayangkan, kalau misalkan itu film kolosal yang menampilkan perang tentara Romawi atau perang salibnya Om Salahudin, itu masih wajar. Tapi kalo yang dilihat adalah film kartun. Sudahlah memang seperti inilah orang Medaeng, yang memang lain dengan Sambisari yang diramalkan setahun lagi akan menjadi metropolitan.
Kupesan secangkir kopi kepada Mas Wawan serta minuman wajib yang agak kebanci-bancian – kopi susu. Kalau bicara masalah nilai hidup dari sebuah kopi, maka akan langsung mengigatkanku pada jumat malam yang dulu. Kalau tak salah tempatnya di pinggiran rel kereta didekat Royal Plaza.
Tak berapa lama setelah penjual bebek goreng itu tutup, aku dan atheis itu pindah ketempat yang sepi itu. Dan ternyata, disana sesuai dengan harapan kami. Ada colokan sehingga kita dapat edit blog sampai pagi tiba, serta sambil berbicang tentang banyak hal.
Pertama kalinya aku posting sebuah catatan jumat malam yang telah aku persiapkan dan kusimpan di flasdis Nita. Kemudian setelah posting seesai, kami memberikan buku tamu pada blog kami lewat layanan shoutmix. Selain itu kita juga menambahkan artikel yang benar-benar tak penting sekali untuk ditulis ataupun dibuat.
Sebuah kode etik yang kita sepakati guna mencegah penjelek-jelekan dan profokasi atas pembaca melalui foto. Kalau ingin tau kode etik gila seperti apa yang kita buat. Klik aja disini.
Kemudian yang tak kalah tak penting adalah kami posting foto-foto kami – si Atheis di sisi kanan, sedangkan aku di sisi kiri. Sama sekali tak penting, namun nyatanya kami melakukannya. Apapun kata mereka, kita tak perduli.
*
Dan pada sore ini ketika aku mencari sesuatu di warnet, aku menyempatkan diriku untuk melihat blog kami. Ada sesuatu yang mungkin akan mengejutkan si atheis liar itu. Bisa dibayangkan si SA komen. Komennya seperti ini.
Aku bermaksud memberinya kejutan, tapi aku urungkan, karena biarkan dia melihat sendiri. Dan Kejutannya akan lebih luar biasa ketimbang aku beritahu dia.

Citra Dara Vresti T
25-26 Des 09

Jumat, 25 Desember 2009

Posted by forumjumatmalam | File under :

Karena Blog ini merupakan BLOG BERSAMA, maka sudah dipandang perlu bila harus ada KODE ETIK dalam posting sebuah artikel atau gambar:

1. Karena para admin blog - citra dan tulus - saling bersikukuh sama-sama menganggap ganteng dirinya. MAKA DILARANG MEMOSTING FOTO LAWAN TANPA SEPENGETAHUAN KEDUA ADMIN, KECUALI FOTONYA SENDIRI.
2. Admin dilarang mengisi buku tamu yang bermaksud memfitnah dan menjelek-jelekan lawan (admin satunya). Dan hanya diperbolehkan membalas dari pengunjung.
3. Admin dilarang sebut "merek". Kalaupun dengan terpaksa, harap menggunakan inisial.
4. DILARANG KERAS MENGEDIT FOTO LAWAN, DAN MEMPOSTING DENGAN MAKSUT MEMPROFOKASI PEMBACA.
5. Karena dalam blog ini menginginkan ORISINALITAS. Maka dilarang KERAS COPAS (COPY n PASTE)dari blog Lain.
6. Dilarang posting gambar dan tautan VIDEO PORNO.
7. Dilarang buka blog sambil onani.
8. Dilarang kencing sembarangan.
9. Larangan selanjutnya akan ditambahkan seiring perjalanan Blog.

Keharusan admin:
1. Mempromosikan blog SAMPAI KESELURUH DUNIA DAN AKHIRAT
2. Memposting tulisan minimal 2 minggu sekali.
3. Bahagia dunia dan akhirat.
4. Berbakti kepada kedua orang tua.
5. Sayang adik kakak.
6. Rajin menabung.
7. Tidak sombong dan baik hati.

Di tulis di warkop medaeng pada tanggal 26 Desember 2009 pukul 3.35 am.
Atas nama bangsa indonesia

Pak Rt dan Tulus Tulit Telez
Posted by forumjumatmalam | File under :

Mana yang lebih GANTENG. Sisi KIRI atau kanan???




Posted by forumjumatmalam | File under :
JUM'AT MALAM

Dua kata sakti bagiku, entahlah. Mungkin juga baginya.
Bukan karna “jum’at” sendiri merupakan hari paling istimewa dalam setiap minggu, dan bukan juga karna “malam” adalah waktu istimewa buat mencari ilmu, seperti yang dilakukan para mbah dukun mencari wejangan.
Kedua kata itu bukan hal remeh bagiku, entahlah. Mungkin juga baginya.
Aku senang, akupun ragu.
Aku senang kala aku bertemu seorang teman
Seorang teman yang kukuh dengan prinsip-prinsip radikalnya.
Seorang teman yang menjadi guru kehidupan bagiku, mengajarkan konteks-konteks kehidupan yang belum bahkan sama sekali tidak kuketahui. Ya, dan dia benar-benar menjadi guru perjalanan hidup, guru berfikir, guru merenung, guru ha hi ho, ataupun guru biadab.

Tapi akupun ragu.
Aku ragu kala aku bertemu seorang teman
Aku ragu bahkan muak, menyumpah jijik kalau perlu, saat teman ini berkata bahwa dia “cute”. Hoek tjuh….!!! (tau diri dong cit)
Aku ragu pada persepsi atau pandangan-pandangan radikalnya, disatu sisi aku membenarkan, tapi disisi lain? Entahlah…! Banyak yang belum ku mengerti, itulah sebabnya aku ragu.
Dan yang paling jelas dan murni, aku ragu pada satu pandangannya yang tak mau mengakui kalau saya sebenarnya lebih tampan darinya, biasalah orang syirik.



Dan seperti yang apa ditulisnya disini http://forumjumatmalam.blogspot/, dimalam istimewa ini ketika kami bertemu, kami saling mendengarkan, berdebat, saling mendengarkan, marah, setuju, tertawa, bahkan hampir menangis. Ya, seperti itulah kehidupan liar kami, kehidupan malam dihari jum’at, selalu begitu.
Aku kenal dia dan dia kenal aku.
Kehidupan liar ini saling mengimbangi, kami yang lelah, kami yang resah, kami yang risau, dan kami yang bodoh, seperti guru dan murid sewajarnya, yang keduanya saling membutuhkan atau tepatnya saling mengisi. Ya, seperti itulah kami, dua lelaki pengagum pabrik rokok dan kopi.

Waktu yang damai dengan secangkir kopi dan sebungkus rokok.
Sama seperti bujangan pada umumnya, dalam program kerja kami di jum’at malam, kami tak hanya risau pada kehidupan kami, tentu saja ada yang namanya cerita cinta-cintaan dalam forum jum’at malam ini.. yah, itulah manusia, itulah sebab ke seratus kami bergumul mencumbui cangkiran kopi, itulah sebab keseratus satu kami berteman dengan batangan-batangan rokok.
Hal yang pasti dan dan tentu saja bukan cinta-cintaan diantara kami berdua. (sangat tidak mungkin).
Ini cerita cerita cinta-cintaan kami dengan pasangan masing-masing atau dengan orang yang kami idamkan. Sudahlah, tak perlu dibeber. Bikin malu.
Dan kan kukatakan lagi, ini sebab keseratus atau lebih kami berada dalam satu tempat diskusi di forum jum’at malam.
Tak apalah, toh kami menganggapnya hanya sebagai bumbu penggurih kopi dan rokok.

#

Seiring dengan berkurangnya seduhan kopi dan hisapan tembakau kami.
Biasanya dalam forum diskusi ini selalu terdengar lantunan santai musik reggae, ha’ha’ha. Untuk hal ini teman biadabku ini pernah berkomentar cadas kalau saya adalah seorang “hantu reggae”,
Yang diartikan saya adalah antek-antek bob marley atau misionaris dari penyebar ajaran agama baru, yaitu menuhankan bob marley. Terserahlah apa kata bajing satu ini, yang pasti dan ku tahu kalau lantunan lagu ini membuat hati damai.
Ini adalah lagu kebebasan. It’s my mind.
Dan tampaknya si bajing inipun mulai terbiasa dan ikut menikmatinya. (successful mission) ha’ha’ha…

Ketika kami merasa cukup dan lelah berfikir, merenung, lelah menjadi bodoh, dan tentunya mengantuk, segera kami beranjak berpisah dengan gelap. Mempersiapkan tenaga dan pikiran untuk memutar roda aktivitas diwaktu terang, kembali pada kesibukan masing-masing. Saling menyapa pamit. (tanpa berpelukan tentunya).

Hening.
Lambat laun menjadi bisu
Damai
Dan malam masih tetap sama, tak ada yang berubah, bulan masih tetap berwarna kuning. Sama seperti malam-malam sebelumnya.

Pasti. Pasti. Dan pasti.
kami melangkah untuk bermimpi.
Menunggu datangnya malam istimewa kami di jum’at malam berikutnya.

Tulus Hajianto tak kurang tampan
Posted by forumjumatmalam | File under :

Entahlah. Bagaimana awalnya jumat malam ini bisa tercetus.
Tapi seingatku, waktu itu di sebuah siang yang terik sepulang dari mengamen dan ngetam di pemberhentian bis di PLN depan Herocyn Kedungturi, aku datang ke rumah seorang kawan sewaktu kelas satu di SMA Taman dulu. Dia bernama Tulus Hajianto yang pada akhirnya dia ku panggil dengan sebutan atheis licik dan dan ia memanggilku dengan sebutan bajingan (padahal aku cute).
Tak seberapa jelas, kekuatan apa yang tiba-tiba membawa sepedaku ke arah medaeng tepatnya di dekat rutan. Tapi seingatku aku digerakkan oleh alam bawah sadarku. Mengapa harus kerumah tulus, tapi bukan kerumah teman yang lain? Sedangkan sewaktu SMA aku tak seberapa akrab dengannya. Berbicarapun tak pernah. Karena pada saat itu dia hanya seorang anak dengan tubuh mungil dengan kulit yang legam. Dan mungkin kalau tidak ada acara naik gunung dengan Budi dia tak akan ku kenal. Entahlah dia tiba-tiba langsung ikut begitu saja.
Sewaktu kelas tiga SMA aku punya gerombolan yang dimotori oleh seorang anak badung bernama Aris Wicaksono (begog). Kemudian ada juga Irfan Abidin (darjo), Fuad (kenung), Yandi, Fian, dan banyak lagi lainnya. Tapi mengapa harus kerumah si Tulus? Tak ada yang tahu mengapa. Apa si atheis itu menyihirku? Entahlah.
Saat aku datang kerumahnya siang itu, ia tak sendiri karena ada Ego Eka (tombol) sedang berbincang dengannya. Nampaknya si tombol pindah markas. Dia sekarang sering ke tempat Tulus dan bahkan hampir setiap hari. Kemudian tombol juga telah mengenal orang-orang di sekitar medaeng di dekat rutan.
Waktu itu pembicaraan masih berkutat seputar perkuliahan. Aku sendiri kuliah di Universitas Trunojoyo Madura, sedangkan si tombol di Unesa Surabaya dan Tulus sendiri kuliah di AWS jurusan komunikasi. Dan memang hanya sekitar itu saja pembicaraan saat itu. Tak ada yang lainnya.
Pertemuan ke dua adalah pada suatu sore yang basah di hari sabtu. Waktu itu aku kerumahnya sambil menunggu kedatangan pacarku yang datang dari kertosono dan bermaksud menjemputnya di Terminal Purabaya.
Sambil menunggu aku berbincang banyak dengannya. Tentang kuliahnya di AWS. Tentang hobby kami akan pecinta alam semasa SMA. Kemudian tentang harapan hidup yang kandas dengan system persaingan yang semakin tak layak.
Tentang dia yang dikecewakan oleh system yang lantas menjadikan uang adalah segalanya yang berkuasa di segala lini kehidupan. Kemampuan merupakan urusan nomor ke sekian ratus, karena yang utama tetaplah uang. Entahlah, waktu itu ia masih membela mati-matian akan apa yang bernama system. Apa yang ada di otaknya hingga ia menjadi begitu terbutakan. Dan di sepanjang siang itu aku berdebat keras dengannya perihal masalah busuknya system dan birokrasi.
Tak ketinggalan, pembicaraan seputar kehidupan jalanan dan kelamin juga tak luput dari kami. Seakan-akan kita sangat berhasrat akan hari ini, dimana kita ingin menuntaskan semua pembicaraan di sepanjang siang ini. Dan seingatku ia meminjamkan sebuah buku tentang dunia jalanan dan kelamin – in the name of sex.
Selepas siang itu, aku sudah jarang ke tempatnya lagi. Aku disibukkan oleh banyak hal yang tentunya sangat menyiksa batin. Aku terluka.
Dan pada suatu malam aku dan dia bertemu dan merokok serta membali kopi sebagai candu malam yang wajib hukumnya. Seingatku waktu itu kita ngobrol banyak hal di tempat pemberhentian taxi hingga hari menjelang pagi. Hingga pada suatu ketika, kita memutuskan untuk menetapkan hari jumat sebagai ajang unutuk menumpahkan uneg-uneg kita seputar kehidupan yang rumit.
Maka jadilah nama forum itu jumat malam.
Citra Dara Vresti T

Minggu, 20 Desember 2009

Posted by forumjumatmalam | File under :

Dimulai dari sebuah kapal yang membawaku pulang ke Surabaya.

Aku mengirim pesan ke atheis laknat utnuk sekedar mengingatkan bila malam ini ada acara rutin untuk forum jumat malam. Dia sepakat, maka lantas aku sanggupi dia untuk sampai di tempatnya pukul sembilan malam nanti. Aku juga menanyakan kepadanya perihal masalah cy – seorang gadis bertubuh mungil dari SMA ku dulu. Aku mengenal baik cy sejak aku membantu SMA 1 Taman untuk mengkonsep mading (majalah dinding) dua dimensi setahun dua tahun silam.

Nampaknya Tulus mulai care dengan cy. Ketika aku saling berkomen ria dengan cy tentang masalah cintanya dan mengaitkannya dengan penyair fave nya – Gibran – dimana aku mempercayai bila si Gibran adalah orang gila yang terlalu banyak onani, sehingga tak perlu meyakini apa yang di tulis dalam sajaknya merupakan kebenaran.

Waktu aku ada di wall cy, akulihat sebuah foto yang paling aku kenal dengan seorang wanita yang sedang melompat dan dengan latar berwarna khas rasta. Siapa lagi? Pasti atheis laknat itu. Lalu ada apa dia dengan cy. Dari caranya berkomen, nampaknya sangat khas orang yang baru saling kenal. Aku tertawa dalam hati. Satu hal yang dia langgar dalam caranya berfacebook – dimana dia hanya akan berteman dengan orang yang dikenal saja – sedangkan cy sendiri merupakan orang yang baru dikenalnya. Da lagi tak mungkin cy yang menyia-nyiakan waktunya untuk meng add atheis gendeng itu.

“Koen naksir cy yo lek?” tanyaku padanya.

“Yo mosok secepat itu pak. Nek iso arek’e jak’en ngopi pisan”

“Matamu, awak dewe ngopine jam 9 bengi cak”

“Yo diajukno jam 7 ae lak ngunu”

Semprul. Saat itu juga ketika masih di dalam kapal, aku SMS si cy dan membujuknya untuk mau mengikuti acara ngopi bersama si atheis. Namun setelah dibujuk sekian lama ternyata dia menolak dan tak pernah bisa dapat di bujuk. Hah, dasar kepala batu itu cewek. Dan misi pertama untuk menjodohkan atheis busuk agar dapat melupakan kembang akhirnya kandas begitu saja.

*

Pukul sepuluh tiba. Acara ngopi yang dirancanakan sebelumnya molor dulu satu jam karena aku ketiduran saat melihat TV. Sebenarnya mataku sangat berat sekali untuk membuka mataku namun berkat dari kesungguhan niat untuk segelas kopi dan sebatang rokok maka aku berangkat menahlukkan malam dengan atheis busuk itu.

Tak seberapa ramai suasana warung Medaeng waktu itu. Mas penjaga warkop Nampak terkejut dan sedikit pangling dengan rambutku yang ku biarkan tergerai bebas. Lagu dari aliran gotic menggema di telingaku. Unik juga rupanya bilamana orang sekelas penjaga warkop bisa paham dan suka dengan lagu gotic yang kesemuanya dengan bahasa inggris. Dan para penontonya juga aku lihat Nampak tak lepas memandang ke arah video tersebut.

Segela kopi panas menjadi menu wajib ketika aku berada di Medaeng. Kemudian sambil menunggu si atheis datang, aku berbincang dengan penjaga warkop – seorang yang maniak dengan film – ia memutar film kolosal faforitku, dan waktu itu yang diputar adalah film kolosal Thailand.

Tak lama berselang orang yang ku tunggu datang juga.

Sebuah senyuman khas dengan mata menyipit kala tertawa sangat kuhafal. Dia si atheis biadab.

Segelas kopi susu dipesannya dan sambil menunggu kopinya datang aku tunjkan padanya korek zippo yang aku dapat dari jogja. Ia tertarik dan mengambilkan botol untuk isi ulang zippo yang hampir habis di rumahnya. Sementara dia mengambil, ku memberikan uang kepadanya untuk sekalian membelikan rokok fave ku – surya 12 – yang nantinya bakal melancarkan segala kemacetan pikiran kami.

Setelah atheis datang. Aku bercerita tentang banyak hal. Tentang kampus, tentang perseteruan di FB, kemudian tentang si Bedjo, juga mengamati realitas Islam liberal yang ada saat ini.

Menurut si ahteis, bila jaringan JIL itu sebenarnya sebuah aliran yang munafik. Dia mengambil sampel pemuda-pemuda yang mengaku menganut islam liberal. Ia juga menjelaskan bagaimana tak sukanya ia dengan aliran-aliran yang berbau liberal. Karena menurutnya jaringan liberal saat ini hanya mencari pembenaran padanya atas kekafiran yang dilakukannya dengan serangkaian argument liberalnya.

Aku mencoba mencoba menjelaskan kepadanya serta menerka-nerka dasar pemikiran dari penganut islam liberal. Karena menurutku mereka yang mengaku liberal pasti memiliki hurufnya sendiri perihal jalan pikiran mereka yang radikal karena mendasarkan pemahaman agama dari hasil pencarian dan kontemplasi.

Aku tetap selalu percaya, bila tak ada sesuatu yang berdiri sendiri, terutama realitas islam liberal.

– kalau kau inginkan ketenangan maka percayalah. Namun bila kau menginginkan kebenaran, maka carilah –

Jadi realitas mereka yang punya pandangan liberal berangkat dari kalimat yang pertama – terutama tentang kebenaran – dimana mereka beranggapan segala sesuatu yang bersiffat prinsipil sangat membutuhkan perenungan tentang apa yang mereka yakini. Dari sini lah mereka mendasarkan prinsip-prinsip – yang bagi kita akan terasa begitu radikal – terutama terhadap pandangan mereka akan pemaknaan yang ada di dalam Al Quran.

Kaum liberal meyakini bahwa Al Quran cuma satu perempat saja dari sebuah wahyu, dan sisanya yang tiga perempatnya adalah wahyu yang memang harus dijelaskan dengan melakukan pencarian. Sehingga para liberal meyakini bahwa upaya mereka dianggap menyimpang oleh para fundamentalis, dimana mereka beranggapan bahwa AL Quran merupakan sebuah wahyu utuh dari Tuhan yang penerapannya menjadi sebuah harga mati, dan ‘pelanggar’ yang menafikan wahyu Nya dikafirkan dan ditentang.

Bagiku konsekwensi logis yang menjadi tantangan para penganut islam liberal ada dua. Pertama menemukan sebuah kebenaran sekalipun sifatnya masih berada pada ketidak pastian. Kedua apa yang mereka tafsirkan menuai jalan buntu dan menyesatkan mereka dalam sebuah keasingan yang ganjil.

Para penganut islam radikal selalu menelaah apa yang digambarkan Al Quran dengan begitu detail sekalipun harus berhadapan dengan ketidak pastian. Sedangkan apa yang diakukan para fundamentalis merupakan penganut islam yang menjalankan segala wahyu Tuhan tanpa pencarian terlebih dahulu. Pendek kata, mereka menelan mentah apa yang mereka dapatkan dari Al Quran tanpa perlu reserve terlebih dahulu.

Dalam hal ini bukan berarti apa yang terkandung didalam Al Quran merupakan kebohongan dan syarat akan ketidak pastian dan terdapat keraguan didalamnya. Karena baik para penganut liberal dan kaum fundamentalis sama-sama meyakini apa yang disebut sebagai wahyu dari tuhan sebuah kebenaran. Hanya saja terdapat perbedaan dalam penafsirannya.

Tak berjawab dan tak ada komentar atas hal ini. Si atheis terlihat diam menekuri apa yang aku kemukan kepadanya. Dia berpikir, sejenak dan mungkin akan dijadikan PR yang akan dibahas dengan kakaknya nantinya.

Pembicararaan kembali meregang dengan kembali menceritakan bunganya yang telah ditunggu sekian lama. Suasana menjadi mencair, dengan bualan kami tentang wanita yang bernama R. Kita terus bercanda dengan khayalan tentang R dan banyak hal – J sebagai kekasihnya – dan tak ketinggalan harapan akan adanya kesempatan untuk mendapatkannya. Sampai pada suatu ketika di tengah canda kami, seorang tukang pijit datang menhampiri tulus.

Badannya agak tambun dengan tangan gempal, serta ketiput di tangannya. Juga dengan topi yang sama yang selalu dipakainya kemanapun dia pergi. Kemudian tak lupa dengan sarung yang selalu dipakainya kemanapun dia pergi.

Aku selalu melihat pria pemijat dengan karung beras selalu mencari orang yang sedang duduk-duduk santai dan menghampiri orang yang ada.

Dan waktu itu dia langsung menghampiri si atheis dan lantas memegang tengkuknya lantas memijat dengan pijatan yang seperti sedang terburu-buru.

Selepasnya, ku selipkan beberapa lembar uang ribuan dan memberikan sebatang rokok padanya. Dia pergi dengan senyum dan ucapan terimakasih. Kulirik jam di ponselku. Hah jam segini masih saja banyak orang yang tak lelah mencari nafkah untuk sesuap nasi.

Citra si atheis

Nb: perihal Indomaret di post selanjutnya dalam label 'Renungan'
Posted by forumjumatmalam | File under :

Catatan 0003/J/

Menunggu pukul sebelas malam sesuai dengan kesepakatan atheis laknat untuk bertemu di medaeng.

Hari ini adalah sabtu yang bahagia bagi banyak orang. Dimana-mana orang melangsungkan pernikahan, baik itu dikampung, dikota, ataupun dimana saja. Namun kebahagiaan mungkin tidak untuk seorang kakak kelasku yang dulunya dipanggil Buncis, dimana sekarang sedang muram dengan mata nanar di warung kopi kletek. Aku selalau berjumpa dengannya setiap malam minggu tiba. Aku sering menanyakan kepadanya, mengapa dia tidak keluar ke sebuah tempat selain warung kopi, ke pacar mungkin. Dia hanya tersenyum dan menjawab lirih kalau dia tak punya pacar. Baginya memandang mereka yang sedang menikmati malam dengan pasangan-pasangannya serta melihat berlalu-lalangnya kendaraan yang melintas sudah cukup membuatnya bahagia. Dan semua kemustahilan itu dikatakan dengan tenang tanpa sedikitpun air mukanya berubah. Dia bohong atau bagaimana. Sulit bagiku untuk menerka dan menerawang jauh pada sepasang mata besarnya yang selalu merah.

Adakalanya aku mencoba memasuki kegelisahannya. Kita bicara tentang banyak hal. Tentang bejibunnya acara kawinan di kampung kami, tentang pekerjaan, tentang masa depan yang semakin suram saja, juga tentang percintaan yang baginya teramat suram. Dari caranya berbicara, dan ketika mendengarkan cerita-ceritaku selalu dapat aku hafal. Dia memandang teduh ke arah ku dengan mata merah yang nampak seperti sedang menerkaku dan menerawang kedalamanku.

*

Sekarang masih pukul 22.30 malam. Tiga puluh menit lagi.

Seperti kemarin-kemarin juga sama. Pemandangan rutin setiap malam minggu di warung kopi ini. Menyaksikan sorot mata nyalang dan nampak lelah dari sekumpulan pemuda dengan bau alcohol dimana-mana.

Mondar-mandir orang berjalan melintas. Ada penumpang bemo yang sedari tadi menunggu keberangkatan. Ada juga yang menanti kedatangan istri dan anaknya sambil menikmati kopi.

Penjaga warkop malam ini pun juga tak seperti biasanya. Penjaga yang selalu ku ajak bercanda tentang banyak hal kini tak lagi jaga. Entahlah kemana dia. Kini pekerjaannya digantikan seorang pemuda berkulit legam dengan tampang mirip gigolo.

Warkop menjadi semakin sepi. Segerombolan pemuda yang selalu mabuk setiap malam minggunya sudah kembali ke belakang bangunan sekolahan taman kanak-kanak, tempat mereka mabuk. Mereka hanya keluar untuk membeli tambul atau camilan teman minum.

Ah indah hidup ini dengan satu pak rokok surya 12 dan secangkir kopi. Sebuah bayaran lelah dari mengajar karate selama satu bulan setengah. Meski hasilnya tak seberapa, paling tidak sudah lebih dari cukup untuk membeli sebungkus rokok dengan kopinya dan lantas sisanya ku pakai membeli beberapa buku menarik di toga mas. Dan meskipun gaji mengajarku telah di korup oleh penjaga sekolah. Tapi sudahlah. Mungkin gajinya masih kurang sehingga harus gajiku yang menjadi korbannya. Lima puluh ribu rupiah yang dikorup, lumayan lah kalau buat membeli rokok.

Ya sudah. Mau apa lagi. Sudah diambil ya biarkan. Anaknya banyak, mungkin buat anak-anaknya. Semoga apa yang dia ambil dariku bermanfaat baginya. Tak apalah. Toh yang diambilnya cuma uang receh. Tak sampai 67 milyar seperti kasus bank century keparat itu.

Pukul sebelas lewat seperempat. Aku harus segera ke medaeng.

*

Warkop medaeng.

Atheis kembali datang dengan seorang dengan rambut keriting dengan wajah khas orang Indonesia timur. Aku pernah menjumpainya di taman bungkul dengan si atheis ketika ngopi disana dan semantara ini panggil saja dia ‘kriting londo’. Kata si atheis dia adalah saudara dari si Jhon Key – preman kondang yang di sidang di Pengadilan Surabaya karena kasus penganiayaan.

Sepulang si kriting londo, kita membicarakan seputar buku “kisah para ratib” karya Arswando. Sebuah buku tentang kisah didalam penjara. Kembali kita bercanda tentang sebuah tempat yang paling purba. Dimana selalu kita bicarakan dengan tenang dan kita jadikan guyonan. Dan aku kembali teringat akan gairah kemudaan yang selalu kubicarakan dengan Boyd kawanku di pers mahasiswa, tentang masa depan seorang penulis radikal. Sekalipun kran kebebasan telah dibuka, namun bayangan akan penjara bukan menjadi hal yang tidak mungkin. Peluang kesana masih terbuka sangat lebar.

Kemudian pembicaraan juga mengalir seputar Nita. Tentang kehidupan percintaanku dengannya, juga tentang masa lalu yang memuakkan bagi kami berdua. Kemudian kita berbicara tentang pelajaran kedewasaan yang ternyata tak semudah yang pernah kita bayangkan sebelumnya dan selalu kita anggap mudah.

Keresahan-keresahan akan hubungan kami, dimana setiap pertengkaran selalu tebit karena masa lampau kami yang tak pernah ada habisnya. Pertengkaran yang sebenarnya tak perlu, tampaknya harus dan senantiasa kita lakukan karena dipicu berbagai hal. Aku dan dia sebenarnya telah lelah dengan semua persoalan yang menyankut tentang masa lalu. Namun yang paling sering adalah perkara dia dan masa lalunya yang tak pernah berhenti untuk mengejar-ngejarnya. Seorang polisi keparat dari Sampang yang tak pernah jengah untuk mengganggu hubungan kami. Anjing bangsat!!!

Nita selalu mengatakan bila antara si dirinya dan si anjing keparat sudah tak pernah ada lagi. Hubungan mereka telah berakhir ketika si anjing telah ketahuan memilki seorang tunangan. Dan maka dari itu nita memutuskan hubungan yang telah dijalaninya selama lima bulan. Namun karena memang sikap dasar dari si anjing yang tak pernah jengah dengan uang dan vagina, maka jadilah ia terus mengejar nita kemanapun ia berada. Sekalipun nita telah memperingatkan si anjing itu untuk tak lagi mengganggunya, namun tampaknya ia masih sangat keras kepala. Karena memang belum didapat apa yang Ia mau – vagina.

“Pak, antara kau dengan Nita iku kan masih dalam taraf pacaran. Tentunya belum menikah. Jadi persoalan semacam itu merupakan perkara yang biasa dalam berpacaran. Baik itu masa lalunya yang selalu mengejar, rasa cemburu, itu semua wajar. Lain halnya bila telah di ikat sebuah ikatan perkawinan. Maka lain lagi. Hal seperti masa lalu yang masih mengejar adalah masalah yang tergolong serius. Jadi kau tak perlu risau”.

Kata-kata Tulus seperti kerikil yang sulit sekali aku telan. Logis memang. Namun sulit untuk dijalankan.

“Kalau misalnya, kamu jadi aku. Apa yang akan kamu lakukan?” Kembali aku balik bertanya.

dan tak bisa dijadikan acuan untuk membayangkan”. Jawabnya pasti.

Semuanya bertambah rumit. Kata-katanya tak ada satupun yang bisa aku terima. Entah di sisi yang mana yang tak logis. Atau ada yang salah pada diriku?

Kemudian aku juga bercerita tentang aku yang selalu marah ketika masalah itu menyangkut masa lalunya yang berkaitan dengan masa laluku. Ia mantan dari seorang anjing. Sedangkan masa laluku adalah seorang pembenci anjing yang paling ekstrim. Baik karena kematian kawanku karena seorang anjing, dan juga banyak hal.

Atheis itu juga mengingatkan aku tentang hal-hal yang lumayan bisa aku terima, dimana ketika aku terus-menerus marah dengannya maka ada hal yang lantas dipertanyakan padaku. ‘mana yang katanya aku mencintainya?’ semuanya hanya omong kosong kalau tidak bisa pahami keadaannya.

Menjelang pukul dua pagi.

Aku menghabiskan banyak waktu untuk bergurau dengannya. Si atheis bercerita tentang acara diklatnya yang katanya dipermainkan oleh jin yang menghuni perkemahannya. Aku tegang, juga tertawa. Sudahlah.

Hari semakin dekat subuh. Suasana agak gerimis.

Teh tawar, dan juga kopi susu yang terlalu manis menemani prjalanan menahlukan malam. Dan seperti yang ia katakan tentang tokoh inspiratifnya – soe hok gie –

Tepatnya tokoh kita berdua.

Citra n Lek (Tulus/atheis laknat)





“Jalan hidup seorang perempuan adalah ‘tak pernah dapat benar-benar lepas dari masa lalu’ baik ia sengaja atau tidak. Maka jalan yang paling bijak bagi seoirang lelaki adalah memaafkan. Dan sebagai lelaki, kita tak perlu mencari pembenaran-pembenaran egois terhadap permasalahan antara aku dengannya”.
Posted by forumjumatmalam | File under :

Forum itu bernama jumat malam.

Terbentuk karena sebagai manusia yang tak mampu menanggung beban dan derita kolektif kehidupan. Beban yang semakin memberatkan punggung dua orang anak manusia yang lahir dengan warna derita dan kebudayaan yang berbeda. Jumat malam juga terlahir dan dapat senantiasa berlangsung karena memang sebagai manusia, kita butuh ‘cerita’ dan mendengarkan. Dan yang paling penting dari jumat malam adalah kesadaran sebagi seorang manusia wajib memiliki seorang teman sebagai tempat untuk pulang ke rumah dengan saling berbagi cerita. Agar kita tetap ‘waras’.

Mari berbicara. Kurang apa lagi? Sudah ada kopi, rokok dan jajanan ala warkop yang seadanya, dan memang benar-benar merakyat. Selain itu, memang inilah kesanggupan kami. Karena kami berdua bukan terlahir dari keluarga kaya.

Tempat untuk jalankan ritual ini pun berlainan dan berpindah-pindah. Kadang di medaeng, disebelah tempat mencuci mobil. Kadang di dekat Ramayana Bungurasih, kadang daerah ‘latih’ dekat SMA 15 Surabaya, kadang di sebelah rel kereta. Berpindah pindah. Bergantung dengan suasananya. Kadang tidak di warung kopi tapi di dekat sungai sebelah rutan medaeng.

Ssssssshhh ah.

Asap rokok berhembus dari mulut kami yang telah menghitam. Kemudian menghirup kopi panas yang kemudian akan menyalakan jiwa kami yang dipadamkan oleh struktur dan nilai-nilai.

Kami terus bercerita. Berganti-ganti. Saling mendengarkan. Berdebat. Saling membenarkan. Marah. Setuju. Tertawa. Hampir menangis. Memang itu yang kami lakukan hingga kami berpisah, lantas berpelukan akrab dengan angin pagi. Dan kita kembali pulang.



Citra Dara Vresti T dan Tulus Hajianto

Forum Jumat Malam

Sabtu, 19 Desember 2009

Posted by forumjumatmalam | File under :
Forum jumat malam.

Forum ini terbentuk dari rasa gelisah dua orang anak manusia yang tanpa sengaja mengkhususkan hari jumat sebagai hari suci untuk ngopi. Kalau Nabi Isa selalu mensucikan hari sabat, tapi kalau kami hari jumat. Dan mungkin Beliau juga senang ngopi kali ya??

blog ini tercipta karena dua orang penggemar lethek yang memang hanya itu yang ada di kepalanya. dan karena ngopi kalo gak ngomong juga gak asik. akhirnya kita membahas hal-hal yang gak penting dan gak berguna lainnya sebagai teman menahan dingin malam.

lalu kenapa sampai ada blog ini??
hmmm saya juga kurang tau. dan saya pikir tepatnya adalah iseng2 aja.

ini orang2 jumat malam yang hampir bisa dipastikan agak 'gila'

ini citra dara vresti T (RPM)
cute kan?











DAN YANG DIBAWAH INI SI TULUS HAJIANTO ALIAS LEK ALIAS TULIT ALIAS ATHEIS ALIAS IBLIS
SEREM KAN!!!!!




Tulus cukup tampan