Minggu, 20 Desember 2009

Posted by forumjumatmalam | File under :

Dimulai dari sebuah kapal yang membawaku pulang ke Surabaya.

Aku mengirim pesan ke atheis laknat utnuk sekedar mengingatkan bila malam ini ada acara rutin untuk forum jumat malam. Dia sepakat, maka lantas aku sanggupi dia untuk sampai di tempatnya pukul sembilan malam nanti. Aku juga menanyakan kepadanya perihal masalah cy – seorang gadis bertubuh mungil dari SMA ku dulu. Aku mengenal baik cy sejak aku membantu SMA 1 Taman untuk mengkonsep mading (majalah dinding) dua dimensi setahun dua tahun silam.

Nampaknya Tulus mulai care dengan cy. Ketika aku saling berkomen ria dengan cy tentang masalah cintanya dan mengaitkannya dengan penyair fave nya – Gibran – dimana aku mempercayai bila si Gibran adalah orang gila yang terlalu banyak onani, sehingga tak perlu meyakini apa yang di tulis dalam sajaknya merupakan kebenaran.

Waktu aku ada di wall cy, akulihat sebuah foto yang paling aku kenal dengan seorang wanita yang sedang melompat dan dengan latar berwarna khas rasta. Siapa lagi? Pasti atheis laknat itu. Lalu ada apa dia dengan cy. Dari caranya berkomen, nampaknya sangat khas orang yang baru saling kenal. Aku tertawa dalam hati. Satu hal yang dia langgar dalam caranya berfacebook – dimana dia hanya akan berteman dengan orang yang dikenal saja – sedangkan cy sendiri merupakan orang yang baru dikenalnya. Da lagi tak mungkin cy yang menyia-nyiakan waktunya untuk meng add atheis gendeng itu.

“Koen naksir cy yo lek?” tanyaku padanya.

“Yo mosok secepat itu pak. Nek iso arek’e jak’en ngopi pisan”

“Matamu, awak dewe ngopine jam 9 bengi cak”

“Yo diajukno jam 7 ae lak ngunu”

Semprul. Saat itu juga ketika masih di dalam kapal, aku SMS si cy dan membujuknya untuk mau mengikuti acara ngopi bersama si atheis. Namun setelah dibujuk sekian lama ternyata dia menolak dan tak pernah bisa dapat di bujuk. Hah, dasar kepala batu itu cewek. Dan misi pertama untuk menjodohkan atheis busuk agar dapat melupakan kembang akhirnya kandas begitu saja.

*

Pukul sepuluh tiba. Acara ngopi yang dirancanakan sebelumnya molor dulu satu jam karena aku ketiduran saat melihat TV. Sebenarnya mataku sangat berat sekali untuk membuka mataku namun berkat dari kesungguhan niat untuk segelas kopi dan sebatang rokok maka aku berangkat menahlukkan malam dengan atheis busuk itu.

Tak seberapa ramai suasana warung Medaeng waktu itu. Mas penjaga warkop Nampak terkejut dan sedikit pangling dengan rambutku yang ku biarkan tergerai bebas. Lagu dari aliran gotic menggema di telingaku. Unik juga rupanya bilamana orang sekelas penjaga warkop bisa paham dan suka dengan lagu gotic yang kesemuanya dengan bahasa inggris. Dan para penontonya juga aku lihat Nampak tak lepas memandang ke arah video tersebut.

Segela kopi panas menjadi menu wajib ketika aku berada di Medaeng. Kemudian sambil menunggu si atheis datang, aku berbincang dengan penjaga warkop – seorang yang maniak dengan film – ia memutar film kolosal faforitku, dan waktu itu yang diputar adalah film kolosal Thailand.

Tak lama berselang orang yang ku tunggu datang juga.

Sebuah senyuman khas dengan mata menyipit kala tertawa sangat kuhafal. Dia si atheis biadab.

Segelas kopi susu dipesannya dan sambil menunggu kopinya datang aku tunjkan padanya korek zippo yang aku dapat dari jogja. Ia tertarik dan mengambilkan botol untuk isi ulang zippo yang hampir habis di rumahnya. Sementara dia mengambil, ku memberikan uang kepadanya untuk sekalian membelikan rokok fave ku – surya 12 – yang nantinya bakal melancarkan segala kemacetan pikiran kami.

Setelah atheis datang. Aku bercerita tentang banyak hal. Tentang kampus, tentang perseteruan di FB, kemudian tentang si Bedjo, juga mengamati realitas Islam liberal yang ada saat ini.

Menurut si ahteis, bila jaringan JIL itu sebenarnya sebuah aliran yang munafik. Dia mengambil sampel pemuda-pemuda yang mengaku menganut islam liberal. Ia juga menjelaskan bagaimana tak sukanya ia dengan aliran-aliran yang berbau liberal. Karena menurutnya jaringan liberal saat ini hanya mencari pembenaran padanya atas kekafiran yang dilakukannya dengan serangkaian argument liberalnya.

Aku mencoba mencoba menjelaskan kepadanya serta menerka-nerka dasar pemikiran dari penganut islam liberal. Karena menurutku mereka yang mengaku liberal pasti memiliki hurufnya sendiri perihal jalan pikiran mereka yang radikal karena mendasarkan pemahaman agama dari hasil pencarian dan kontemplasi.

Aku tetap selalu percaya, bila tak ada sesuatu yang berdiri sendiri, terutama realitas islam liberal.

– kalau kau inginkan ketenangan maka percayalah. Namun bila kau menginginkan kebenaran, maka carilah –

Jadi realitas mereka yang punya pandangan liberal berangkat dari kalimat yang pertama – terutama tentang kebenaran – dimana mereka beranggapan segala sesuatu yang bersiffat prinsipil sangat membutuhkan perenungan tentang apa yang mereka yakini. Dari sini lah mereka mendasarkan prinsip-prinsip – yang bagi kita akan terasa begitu radikal – terutama terhadap pandangan mereka akan pemaknaan yang ada di dalam Al Quran.

Kaum liberal meyakini bahwa Al Quran cuma satu perempat saja dari sebuah wahyu, dan sisanya yang tiga perempatnya adalah wahyu yang memang harus dijelaskan dengan melakukan pencarian. Sehingga para liberal meyakini bahwa upaya mereka dianggap menyimpang oleh para fundamentalis, dimana mereka beranggapan bahwa AL Quran merupakan sebuah wahyu utuh dari Tuhan yang penerapannya menjadi sebuah harga mati, dan ‘pelanggar’ yang menafikan wahyu Nya dikafirkan dan ditentang.

Bagiku konsekwensi logis yang menjadi tantangan para penganut islam liberal ada dua. Pertama menemukan sebuah kebenaran sekalipun sifatnya masih berada pada ketidak pastian. Kedua apa yang mereka tafsirkan menuai jalan buntu dan menyesatkan mereka dalam sebuah keasingan yang ganjil.

Para penganut islam radikal selalu menelaah apa yang digambarkan Al Quran dengan begitu detail sekalipun harus berhadapan dengan ketidak pastian. Sedangkan apa yang diakukan para fundamentalis merupakan penganut islam yang menjalankan segala wahyu Tuhan tanpa pencarian terlebih dahulu. Pendek kata, mereka menelan mentah apa yang mereka dapatkan dari Al Quran tanpa perlu reserve terlebih dahulu.

Dalam hal ini bukan berarti apa yang terkandung didalam Al Quran merupakan kebohongan dan syarat akan ketidak pastian dan terdapat keraguan didalamnya. Karena baik para penganut liberal dan kaum fundamentalis sama-sama meyakini apa yang disebut sebagai wahyu dari tuhan sebuah kebenaran. Hanya saja terdapat perbedaan dalam penafsirannya.

Tak berjawab dan tak ada komentar atas hal ini. Si atheis terlihat diam menekuri apa yang aku kemukan kepadanya. Dia berpikir, sejenak dan mungkin akan dijadikan PR yang akan dibahas dengan kakaknya nantinya.

Pembicararaan kembali meregang dengan kembali menceritakan bunganya yang telah ditunggu sekian lama. Suasana menjadi mencair, dengan bualan kami tentang wanita yang bernama R. Kita terus bercanda dengan khayalan tentang R dan banyak hal – J sebagai kekasihnya – dan tak ketinggalan harapan akan adanya kesempatan untuk mendapatkannya. Sampai pada suatu ketika di tengah canda kami, seorang tukang pijit datang menhampiri tulus.

Badannya agak tambun dengan tangan gempal, serta ketiput di tangannya. Juga dengan topi yang sama yang selalu dipakainya kemanapun dia pergi. Kemudian tak lupa dengan sarung yang selalu dipakainya kemanapun dia pergi.

Aku selalu melihat pria pemijat dengan karung beras selalu mencari orang yang sedang duduk-duduk santai dan menghampiri orang yang ada.

Dan waktu itu dia langsung menghampiri si atheis dan lantas memegang tengkuknya lantas memijat dengan pijatan yang seperti sedang terburu-buru.

Selepasnya, ku selipkan beberapa lembar uang ribuan dan memberikan sebatang rokok padanya. Dia pergi dengan senyum dan ucapan terimakasih. Kulirik jam di ponselku. Hah jam segini masih saja banyak orang yang tak lelah mencari nafkah untuk sesuap nasi.

Citra si atheis

Nb: perihal Indomaret di post selanjutnya dalam label 'Renungan'

6 komentar:

  1. cute.......???

    najis.......!!!




    Tulus H

    BalasHapus
  2. wakh musti dpt royalti kie aq...
    nama q tercatut
    salam sukses ^^

    rosa

    BalasHapus
  3. ia deh. mungkin kita masih kere dan buat komunitas yang coba untuk eksis aja juga masih kembang kempis. royalty dari nulis n editor di media cuma cukup buat ngopi.

    jadi gimana donk ngasih royaltynya. pengen sih ngasih.

    udah deh. gimana kalo royaltynya ngopi aja n pasti kita traktir, karena dapet tamu spesial acara jumat malam dapat diajukan jadi jam 7 karena biasanya malam. gimana?

    salam pembebasan.

    kita tunggu


    citra Trisna

    BalasHapus
  4. maaf.
    segera diganti.


    Tulus H

    BalasHapus
  5. hahahaha

    nasib orang ketahuan.

    BalasHapus