Jumat, 25 Desember 2009

Posted by forumjumatmalam | File under :

Entahlah. Bagaimana awalnya jumat malam ini bisa tercetus.
Tapi seingatku, waktu itu di sebuah siang yang terik sepulang dari mengamen dan ngetam di pemberhentian bis di PLN depan Herocyn Kedungturi, aku datang ke rumah seorang kawan sewaktu kelas satu di SMA Taman dulu. Dia bernama Tulus Hajianto yang pada akhirnya dia ku panggil dengan sebutan atheis licik dan dan ia memanggilku dengan sebutan bajingan (padahal aku cute).
Tak seberapa jelas, kekuatan apa yang tiba-tiba membawa sepedaku ke arah medaeng tepatnya di dekat rutan. Tapi seingatku aku digerakkan oleh alam bawah sadarku. Mengapa harus kerumah tulus, tapi bukan kerumah teman yang lain? Sedangkan sewaktu SMA aku tak seberapa akrab dengannya. Berbicarapun tak pernah. Karena pada saat itu dia hanya seorang anak dengan tubuh mungil dengan kulit yang legam. Dan mungkin kalau tidak ada acara naik gunung dengan Budi dia tak akan ku kenal. Entahlah dia tiba-tiba langsung ikut begitu saja.
Sewaktu kelas tiga SMA aku punya gerombolan yang dimotori oleh seorang anak badung bernama Aris Wicaksono (begog). Kemudian ada juga Irfan Abidin (darjo), Fuad (kenung), Yandi, Fian, dan banyak lagi lainnya. Tapi mengapa harus kerumah si Tulus? Tak ada yang tahu mengapa. Apa si atheis itu menyihirku? Entahlah.
Saat aku datang kerumahnya siang itu, ia tak sendiri karena ada Ego Eka (tombol) sedang berbincang dengannya. Nampaknya si tombol pindah markas. Dia sekarang sering ke tempat Tulus dan bahkan hampir setiap hari. Kemudian tombol juga telah mengenal orang-orang di sekitar medaeng di dekat rutan.
Waktu itu pembicaraan masih berkutat seputar perkuliahan. Aku sendiri kuliah di Universitas Trunojoyo Madura, sedangkan si tombol di Unesa Surabaya dan Tulus sendiri kuliah di AWS jurusan komunikasi. Dan memang hanya sekitar itu saja pembicaraan saat itu. Tak ada yang lainnya.
Pertemuan ke dua adalah pada suatu sore yang basah di hari sabtu. Waktu itu aku kerumahnya sambil menunggu kedatangan pacarku yang datang dari kertosono dan bermaksud menjemputnya di Terminal Purabaya.
Sambil menunggu aku berbincang banyak dengannya. Tentang kuliahnya di AWS. Tentang hobby kami akan pecinta alam semasa SMA. Kemudian tentang harapan hidup yang kandas dengan system persaingan yang semakin tak layak.
Tentang dia yang dikecewakan oleh system yang lantas menjadikan uang adalah segalanya yang berkuasa di segala lini kehidupan. Kemampuan merupakan urusan nomor ke sekian ratus, karena yang utama tetaplah uang. Entahlah, waktu itu ia masih membela mati-matian akan apa yang bernama system. Apa yang ada di otaknya hingga ia menjadi begitu terbutakan. Dan di sepanjang siang itu aku berdebat keras dengannya perihal masalah busuknya system dan birokrasi.
Tak ketinggalan, pembicaraan seputar kehidupan jalanan dan kelamin juga tak luput dari kami. Seakan-akan kita sangat berhasrat akan hari ini, dimana kita ingin menuntaskan semua pembicaraan di sepanjang siang ini. Dan seingatku ia meminjamkan sebuah buku tentang dunia jalanan dan kelamin – in the name of sex.
Selepas siang itu, aku sudah jarang ke tempatnya lagi. Aku disibukkan oleh banyak hal yang tentunya sangat menyiksa batin. Aku terluka.
Dan pada suatu malam aku dan dia bertemu dan merokok serta membali kopi sebagai candu malam yang wajib hukumnya. Seingatku waktu itu kita ngobrol banyak hal di tempat pemberhentian taxi hingga hari menjelang pagi. Hingga pada suatu ketika, kita memutuskan untuk menetapkan hari jumat sebagai ajang unutuk menumpahkan uneg-uneg kita seputar kehidupan yang rumit.
Maka jadilah nama forum itu jumat malam.
Citra Dara Vresti T

1 komentar:

  1. kalo aku bilang menyesal saat itu.
    mungkin kiranya sangat tepat.

    Tulus sangat tampan.

    BalasHapus